Kamis, 05 Maret 2009

wajah kota Nganjuk ditata kembali


Wajah Kota Nganjuk Ditata Kembali

Alun-alun sebagai tempat berkumpulnya masyarakat menjadi sangat vital perananya dalam perencanaan tata kota. Sebagai city centre, alun-alun bahkan bisa menjadi salah satu indikator suksesnya pembangunan. Karenanya, wajah alun-alun selalu identik dengan keindahan, kebersihan dan kecantikan kota. Malah dan kerap mewakili wajah kota secara keseluruhan.

Dibanding kota lain, alun-alun Nganjuk tidaklah seluas alun-alun Kota Blitar atau Kota Malang. Tapi ukuran alun-alun Nganjuk juga tidaklah terlalu kecil. Luasnya hanya 1,5 hektar saja. Rindangnya pepohonan dan semilirnya tiupan angin seakan menjadi alasan utama bagi para pengunjung.

Namun ternyata bila kita tanya pada mereka yang demen mengunjungi alaun-alun, mayoritas menjawab, “ Karena di alun-alun banyak jajanan, banyak permainan anak-anak “. Jawaban itu seolah mewakili penduduk Kabupaten Nganjuk yang lebih dari satu juta orang.

Jawaban itu adalah bukti telah terjadi pergeseran kebutuhan dan tujuan akan fungsi alun-alun yang sebenarnya. Seiring dengan zaman yang terus berputar maju, alun-alun pun ikut beralih fungsi.

Fungsi alun-alun sebagai paru-paru kini menjadi tumpang tindih. Memang banyak pohon dengan segala macam jenis ditanam. Baik yang langsung ke bumi atau di dalam pot. Pepohonan ini selain sebagai usaha untuk menghijaukan kota, juga sebagai tanaman pengikat zat-zat pencemar udara yang telah terjadi. Asap rokok dan asap kendaraan bermotor yang tak henti bersliweran mejadi makanan empuk pepohonan.

Untuk mengembalikan fungsi alun-alun kembali menjadi paru-paru kota yang sebenarnya, memiliki hambatan yang tidak kecil. Permasalahan yang tampak jelas di depan mata adalah soal pengalihan para pedagang kaki lima yang biasa mangkal di alun-alun.

Persoalan ini tidak mudah namun juga tidaklah sulit. Membersihkan alun-alun dari PKL bukanlah perkara yang gampang karena selalu berhubungan dengan yang namanya kebutuhan ekonomi masyarakat.

Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Lingkungan Hidup, Drs. Agus Suharto, M.Si menegaskan kebersihan dan keasrian alun-alun menjadi hal pokok untuk mempercantik wajah alun-alun. Karenanya seluruh pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di area alun-alun harus dipindah ke tempat lain. “ Itu karena semua PKL di alun-alun tidak memiliki izin, “ tandasnya.

Karena tak berizin itulah, DKPLH akan memindahkan seluruh PKL yang mangkal di alun-alun ke tempat yang telah direncanakan. Beberapa sudut kota, nantinya akan menjadi alternatif tempat dagang. “ Sekaligus untuk pemerataan sentra ekonomi di kota Nganjuk. Sebab selama ini, denyut jantung ekonomi hanya terpusat di alun-alun dan Jl. A.Yani saja, “ lanjutnya.

Nantinya para PKL akan dipindah sesuai dengan jenis usahanya. PKL dengan jenis usaha makanan dan minuman akan direlokasi ke Jl. Dermojoyo. “ Jl. Dermojoyo akan difungsikan dengan mencontoh konsep Kya Kya Kembang Jepun di Surabaya, “.

Sekedar gambaran, Kya Kya Kembang Jepun memiliki konsep sederhana tapi mendatangkan hasil yang bermanfaat. Di mana pada siang hari, Jl. Kembang Jepun menjadi ramai karena lalu lalang kendaraan yang lewat. Jl. Kembang Jepun memang jadi sentra ekonomi di daerah yang didominasi kaum Tionghoa ini.

Tapi pada malam harinya, wajah Jl. Kembang Jepun disulap menjadi arena sangat luas bagi para penjual makanan dan minuman khususnya dengan cita rasa oriental. Maka jangan heran bila suasana malam hari di Kembang Jepun menjadi sangat terang karena gemerlap lampu dan ramainya orang makan dan minum di sana. Meja bundar, lampion dan aksesoris khas Cina sangat mudah ditemui dan menjadi ciri khas Kya Kya.

Dengan konsep Kya Kya itulah, Jl. Dermojoyo juga akan dirubah. Jika pada siang harinya Jl. Dermojoyo ramai karena aktivitas perkantoran dan Pasar Sepeda (Pasar Payaman) maka malam harinya akan lebih ramai karena banyaknya PKL di sana. “ PKL akan ditempatkan di sisi utara jalan. Sehingga arus lalu lintas masih bisa berjalan lancar, “ kata Agus Suharto. Nantinya semua PKL juga akan diseragamkan dengan menggunakan tenda khusus. Sehingga lebih rapi dan enak dipandang.

Tak hanya itu, penataan tempat parkir juga menjadi pertimbangan yang tak dilupakan. “ Dalam jarak sekitar 5 tenda ada ruang terbuka yang diperuntukkan khusus untuk lahan parkir. Begitu pula dengan kelancaran saluran air di sepanjang jalan juga kita benahi lagi, “.

Faktor penerangan juga dibenahi dengan memasang lampu penerangan yang lebih membawa suasana semakin hangat. “ Nantinya di beberapa ruas jalan kota termasuk gerbang pintu masuk dan keluar akan kita bangun penerangan jalan dengan lampu merkuri warna kuning, “ sambungnya. Perencanaan itu juga sebagai langkah maju untuk lebih menghidupkan jantung ekonomi di selatan kota. “ Jika siang hari Jl. A. Yani ramai dengan kesibukan pedagang di Pasar Wage, malam harinya Jl. Dermojoyo bisa menjadi pilihan masyarakat untuk menghabiskan malam, “ terang Agus Suharto.

Sementara untuk pedagang VCD akan dialihkan ke pelataran Stadion Anjuk Ladang. “ Ini juga untuk memberikan kenyamanan beribadah di Masjid Agung, “. Beberapa tempat lain juga menjadi alternatif lokasi PKL seperti Waserda (terminal lama).



Lapangan Basket

Selain relokasi seluruh PKL, alun-alun juga akan kembali mengalami penyegaran dengan membangun kembali lapangan basket di tempat semula. Dulu, lapangan basket mejadi tempat yang paling sering disanggong anak-anak muda terutama di sore hari. Mereka sering latihan bola basket atau bahkan bersepeda di dalamnya. Tak jarang pula, lapangan ini kerap dijadikan arena latihan naik sepeda bagi anak-anak.

Untuk mewujudkannya, sudah dua minggu ini, lapangan basket sudah mulai dibangun kembali. Dengan menggunakan ukuran lapangan basket standar internasional. Yakni dengan luas 15 m x 28 m persegi. Selama kurang lebih tiga bulan mendatang, masyarakat Nganjuk bisa menikmati kembali berolahraga di lapangan basket.

Selain itu, kondisi tanah di alun-alun juga akan dibenahi. “ Tanah di sebelah selatan akan dibuat lebih tinggi daripada di sisi utara. Namun fungsinya masih akan sama, “ tegasnya..

Pihak DKPLH sendiri juga sudah memulai usaha untuk merelokasi PKL. Sosialisasi bagi para PKL di alun-alun sudah dilakukan beberapa minggu lalu. Dengan adanya usaha tersebut, para PKL diharapkan kesadarannya untuk ikut memajukan kota menjadi lebih cantik tanpa harus menyingkirkan keberadaan PKL.

Yang jelas, dengan adanya relokasi PKL, kehadiran PKL di kota Nganjuk justru diakui oleh pemerintah dan masyarakat. Karenanya, agar keberadaan mereka lebih bermanfaat perlu adanya penataan PKL.(doni/eNeR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar